A Shot of Me

Tuesday, November 04, 2008

Konsep Njepret [Home Food Photography # 4 : Konsep]

Untuk pertamakalinya niy ikutan event :D Hasil komporan Pepy untuk ikut serta Home Food Photography, suatu agenda rutin yang diadain Mbak Dita dengan tema berbeda2 setiap event. Kali ini HFP memasuki putara keempat dengan tema KONSEP.
Nah lo! Secara aku baru bebrapa hari pegang kamera yg layak dan masih level poket point & shoot, rada jiper juga mo ikutan. Liat2 di blognya Mba Dita mah peserta HFP rata2 uda pada jagoan semua.

Sedikit tentang kamera. Sebelumnya aku cuma pake poket jadul Kodak C530, bener2 jenis kamera yang khusus dipake bergembira ke taman ria tanpa mikir :)) Temen2 tentunya uda pada tau gimana kualitas poto yg kutayangin saban aku posting resep baik di blog maupun milis. Apa adanya banget, hanya bisa main angle dowang karna tak ada macro & optical zoom palagi setting2 lain huh kelautaje. Rayu2 hubby minta upgrade kamera, pengennya semi-pro kan gak rontok2 banget di kantong kalu dibandingin si bini bawel ini ngrayu minta yang pro. Eh ngga diijinin karna... hehehehe, ngaku deh, lima bulan belakangan ini si bini bawel tagihan bulanannya uda out of control. Inipun masi belum keitung bbrp barang yg lagi inden *oh pantes aja gak diijinin, dompetnya gampang bocor seh*. Padahal hasrat untuk motrek spt karya para foodieblogger lainnya udah di ubun2 :((

Ya sudahlah, lupakan saja kamera semi-pro. Mari kita berbahagia dengan tetap mencintai kamera poket point & shoot. Ini hari keenam aku pegang Canon PS A580. Dengan demikian, poto2 pun terlahirlah dari seorang PS-A580 yang tidak dilengkapi image stabilizer. Aseli kalo ini mah salah beli, gak teliti bandingin asal ngliat fiturnya ada setting manual ngga semuanya auto/preset, ambil deh. Padahal cuma nambah dikit dowang uda dapet kakaknya A590 yg ada IS-nya. Pasrah lagi ajah deh, kan masi bisa ganjel sana-sini biar stabil.

Balik ke HFP#4 tentang Konsep.

Hmm... sebenernya aku ngga terlalu banyak ngikutin teori2 fotografi. Aku mengutamakan look & feel, kamera dan obyek kuutak-atik secara spontan tanpa perhatian khusus ke aspek2 teknis. Bahkan konsep pun sangat seringkali bukan terlahir dari perencanaan sebelum foto. Konsep lahir begitu saja on the spot ketika aku mulai melakukan take, saat itu pula aku meraba feel yang tepat untuk obyek yang sedang kufoto. Apalagi... masi baru ajah pake kamera yg memadai kekekeke....

Seperti foto Udang Paprika ini. Sebenernya bentuk masakannya adalah tumisan, aku ngga merencanakan bikin sate. Aku juga ngga menyiapkan props pendukung karena niatnya aku fokus ke karakter udang daripada styling. Ketika mulai take, ternyata aku ngga dapet feel-nya. Udang bercampur baur dengan parika dalam piring kotak melengkung yang menyusahkan usahaku shoot dari samping karena lengkungnya. Mikirin dipindah ke piring datar pun, udangnya masih kurang cantik krn mau ngga mau aku take dengan sudut 45 yang berusaha kuhindari. Akhirnya muncul ide disusun di tusuk sate, nah barulah aku mendapatkan feel yang pas.

Berikutnya seolah mengalir menggerakkan tangan selama merasakan feel tsb untuk nyomot ini itu dan menatanya. Sate supaya cantik disusun berdiri rada miring jadi perlu ganjal yang diusahakan ngga merusak karakter sate. Untuk menguatkan konsep sate yang identik dengan hangat, nasi kutempatkan dalam mangkuk gelap dengan sejumput wortel serut untuk sedikit menarik perhatian pada semangkuk nasi sebagai "elemen hangat". Kalo ngga dikasi wortel kehadiran nasi kurang brasa padahal dia penegas feel hangat meski sekedar background. Kehangatan akan lebih brasa dalam atmosfir yang sedikit mendung, dingin atau agak muram. Untuk mendapatkannya aku tempatkan sebuah loyang kue kering di background *huahahaha... loyang kukis bo!* Warna aluminium kusam memberi atmosfir dingin mendung diluar sana, padahal lighting matahari pagi dari jendela samping kiri cukup cerah tanpa mendung. Kekurangan yang kurasa, si sate udang ngga ada browning khas sate sama sekali hahahahaha... Eits, ngeles dong. Kan emang tumisan, dan sate gak selalu dibakar ada juga sate goreng *sudahlah, ratu ngeyel* :P

Kesan warm yang berbeda aku terapkan pada Ayam Bumbu Rujak. Kali ini feelnya kudapat sejak saat memasak. Aku ingin kesan warm & eksotis pada fotonya seperti eksotisnya kuliner kita. Eksotis tidak selalu berasosiasi pada pernik2 etnik. Eksotis bisa terasa melalui sentuhan warna dan rasa. Berbahan dasar ayam, kupilih paha yg nyata2 menunjukkan identitas ayam daripada dada yang cuma berbentuk gumpalan tak jelas, atau leher-kepala-ceker yang lebih banyak orang ngga suka :D Selain paha (bawah ato utuh atas-bawah) sebenernya sayap ayam juga pilihan yang baik. Tapi sayap ayamnya terlanjur dicomot hubby :P
Spt biasa, aku demen minimalis tak banyak props. Kupilih mangkuk coklat krn cuma itu mangkukku yang cakep hahahaha... lagipula emang cocok kan untuk konsep eksotis :D Aku ingin kesan eksotis muncul dari warna dan rasa maka aku tebarkan beberapa bebumbuan di sekitarnya sebagai elemen pembentuk rasa masakan tsb yg berempah. Background coklat dari board yg biasa dipake untuk alas kue, cukup menguatkan kesan hangat dan elegan *ciee...* sekaligus menguatkan fokus pandangan pada masakan nan eksotis.

Kesan eksotis hangat elegan berubah jadi eksotis hangat menggairahkan hanya dengan mengganti background. Tanpa mengubah seluruh elemen2nya termasuk lighting dan posisiku melakukan take sekalipun, selembar selendang merah bermotif samar kuhamparkan menutupi board coklat tadi dan sebagian alasnya, taraaa..... kesannya jadi panas bergairah dalam eksotisme yang tetap terjaga.

Lain waktu aku pengen motret rempah2 kering, semata2 untuk dokumentasi dan share di milis ato blog karena banyak yang belum paham bentuk rempah2 dalam resep. Sambil pegang nampan isi rempah2 dan kamera sekaligus, clingak-clinguk cari wadah. Ada nampan kayu coklat tua mejeng dengan gamblang, oh no... rempah2 ini udah setengah kayu coklat tua, akan monoton kalo pake wadah kayu coklat tua itu. Mendadak liat loyang lidah kucing tergeletak, aku spontan nyengir dapet ide sekaligus feel-nya. Niat asal foto dokumentasi jadi buyar pengen berfoto cantik. Aku segera menginginkan konsep minimalis but precious, seperti halnya rempah2 yang precious.
No props, no background, rempah2 are the stars by themselves. Lekuk2 rendah loyang lidah kucing berguna untuk wadah rempah2 tanpa sampai tenggelam dan sifat materialnya yang memantulkan lighting dengan lembut, sangat catchy & perfect untuk menonjolkan rempah2 kering nan cantik itu.

Well.... terlalu panjang lebar banget yah :P Sampe sini jangan2 uda pada ketiduran ga tahan dg dongengku yang ngalor ngidul hihihihihi....
And that's all the way I put the concept on my photos. Sangat jarang merencanakan konsep foto sebelum action, seringkali konsep lahir mendadak seperti datangnya ide, dan bergerak begitu saja on the spot. Tapi aku yakin seiring dengan waktu sambil terus practice, learning by doing terus menerus, pemahaman konsepku bisa lebih baik, lebih teratur dan rapi, ngga melulu dadakan serabutan samber sana-sini. Kalo aku jadi tukan poto beneran pasti sering dimarahin customer dengan cara yang sering dadakan gak well prepared begituh.

Thx Mba Dita yang menyelenggarakan event ini. My very first event loh Mbak, jangan dimarahin kalo ngobrolnya kepanjangan, masih kemaruk soale wakakakakaka.... *nyang kameranya baru 6 hari euy*

Buat temen2 yang mo ikutan, kunjungi link ini ntuk aturan mainnya. Tak lupa, pls input2nya buatku yaaaa..... salam keep jeprets!

2 comments:

Retno Prihadana said...

Ayam bumbunya jadi menggoda banget tuh, diperkuat pajangan bumbunya. Bikin lapeeeerrrrr

Dita said...

woowwww....aku terpana....bener loh, ini hasilnya hebat banget untuk ukuran pake kamera poket. Tobh deh. Gak rugi deh nih kalo punya kamera pro nanti. Makasih Li buat entrynya, sorry aku baru balik liburan jadi baru ceki2 imel.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...