Dibesarkan dari keluarga yang not too much into vegetables, saya dulu hanya mengenal "sayur-sayur standard" saja seperti bayam, taoge, kacang panjang, kangkung, sawi, labu, nangka muda, dan sayuran yang ada di sop sayur serta beberapa sayuran umum lainnya. Bahkan sayur pare, bunga turi, bunga pisang dan terong bulat pun bukan tipe sayur yang ada di keluarga kami meski mudah sekali dijumpai di pasar.
Ketika saya mulai sering makan diluar dan mengenal lebih banyak jenis sayur, variasi sayur yang masuk dalam keranjang belanja saya pun semakin banyak karena ingin memasaknya sendiri di rumah. Terutama karena saya saaaangaaattttt sukkkaaaaa sekali makan sayur. Kalau saya punya asisten tukang masak yang bisa diandalkan pasti akan saya beri tugas masak sayur 3x sehari dengan minimal 3 macam menu sayur per sesi brasa tinggal nunjuk menu di warung hahahaha.... *salah satu mimpi besar saya loh ini...! :))
Dengan sayur-sayur hasil belanjaan saya yang jenisnya kurang familiar di rumah, maka saya pun jadi mengalami adegan seperti lirik lagu dangdut yang legendaris ciptaan Caca Handika: "...masak-masak sendiri, makan-makan sendiri..." karena ortu dan hubby masih tidak tertarik nyobain hikkksss... namun tak mengurangi semangat saya untuk tetap memasak meski rada repot karena masak untuk beliau2 dulu baru masak untuk saya sendiri. Paling kalo pas uda sibuk banget ama kerjaan kantor saya jadi jarang masak sayur. Too bad, saya lebih banyak "sibuk banget"-nya daripada nggak sibuk banget. Lohhhh... kok jadi pelan2 curhat nih qiqiqiqiqiqikkk...
Wowkeihhh saya lanjutkan sajah yaaakkkk.... lupakan drama sayur dalam keluarga.
Pemirsa di rumah, saya kemudian beli segebok sayur Pucuk Labu karena uda lama tertarik ama penampilan sayur ini yang keren dengan sulur2 spiralnya meski belon perna makan sebelumnya *saya aja belon perna makan, apalagi orang2 di rumah hehehe...* Beneran segebok...! Karena saya beli di Pasar Keputran, pasar induk di Surabaya yang kalo disitu gak jual sayur eceran :) Sayur Pucuk Labu bukan sayur yang umum disini sehingga tidak selalu ada di pasar. Jadi begitu keliatan langsung saya angkut dengan pedenya meski segebok dan sudah siap dengan adegan lagu Caca Handika tadi.
Ngga ada kesulitan bagi saya untuk ngabisin segebok sayur ini dalam tiga hari berselingan dengan sayur lain. Suka banget, rasanya mirip pucuk pakis hanya sedikit lebih kesat. Saya olah sebagai lalapan rebus, pecel, tumisan dan yang terakhir saya masak bobor bersama labu siam ngikutin petunjuk gadis sunda nan geulis bernama Yanna Mardiana di pesbuk saya :D Ternyata beneran enak dimasak bobor. Rasa pucuk pakis cukup mild, tidak melawan ketika dipadukan dengan santan sehingga bisa combine dengan baik. Saya tambahkan juga sedikit labu siam dan kuahnya pakai kaldu segar dari tetelan daging sapi. Dimakan ketika cuaca dingin, hmmmm.... gak brasa sepanci kecil uda saya abisin sendiri sekali makan.
Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri... saya suka karena ngga ada saingan ngabisin...! :))
BOBOR PUCUK LABU
By: Alya's Kitchen
Bahan:
250 gr pucuk labu, petiki daunnya
200-250 gr (1 buah) labu siam, kupas & potong dadu
600 ml air kaldu
200 ml santan kental
3 cm lengkuas, geprak
2 lembar daun salam
Garam dan gula secukupnya
Bumbu Halus:
5 butir bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm kencur
2 butir kemiri sangrai
1 cm lengkuas muda
Cara:
Didihkan air kaldu, masukkan bumbu halus, lengkuas dan daun salam. Masak dengan api kecil dan tutup setengah terbuka sekitar 15 menit supaya bumbu matang dan bau bawang menguap.
Tambahkan santan dan labu siam, masak hingga mendidih 5 menit.
Masukkan daun labu, masak hingga matang.
Angkat, sajikan hangat.
Note:
Air kaldu bisa berikut daging tetelan yang uda empuk, bobor akan menjadi lebih enak
Bisa ditambahkan sedikit terasi pada bumbu halus jika suka
No comments:
Post a Comment